Nubuat Tentang Pelita Emas Dan Dua Pohon Zaitun Pada Kitab Zakharia 4: 1-14
NUBUAT TENTANG PELITA EMAS DAN DUA POHON ZAITUN PADA KITAB ZAKHARIA 4: 1-14
Dalam Zakaria 4:1-14, nubuat tentang Kandil emas dan dua pohon zaitun adalah sebuah penglihatan profetik yang kaya makna simbolis. Di bagian akhir pasal kitab Zakaria ini, nabi Zakaria bertanya dua kali tentang arti dua pohon zaitun yang berada di samping kandil (pelita) emas, dan dijawab dalam ayat 14:
"Lalu ia berkata: 'Inilah kedua orang yang diurapi yang berdiri di dekat Tuhan seluruh bumi!'" (Zakaria 4:14, TB)
Siapakah "dua orang yang diurapi" itu?
Secara historis dan kontekstual, dua orang ini melambangkan:
- Yosua bin Yozadak – Imam Besar (melambangkan otoritas keimaman).
- Zerubabel – Gubernur Yehuda dari keturunan Daud (melambangkan otoritas pemerintahan atau raja).
Keduanya adalah tokoh utama dalam pembangunan kembali Bait Suci kedua setelah bangsa Israel kembali dari pembuangan di Babel.
Secara profetik dan eskatologis (akhir zaman):
Banyak penafsir menyamakan dua pohon zaitun ini dengan:
- Dua saksi terakhir Tuhan yang disebutkan dalam Wahyu 11:3-12 yang akan bernubuat selama 1.260 hari.
- Mereka berdiri sebagai wakil dari kekuatan rohani dan pemerintahan Allah dalam menghadapi antikristus dan kekuatan dunia.
Simbolisme:
- Zaitun: lambang pengurapan dan Roh Kudus.
- Minyak zaitun mengalir ke pelita menunjukkan bahwa pelayanan kedua orang ini digerakkan oleh Roh Tuhan, "Bukan dengan kekuatan dan bukan dengan keperkasaan, melainkan dengan Roh-Ku," (Zakaria 4:6).
Secara profetik dan eskatologis, Zakaria 4: 1-14 simbol kandil emas dan dua pohon zaitun menggambarkan dua saksi terakhir Tuhan yang sepak terjang mereka berdua, saksi pertama seperti Nabi Elia yang menunjukkan Tuhan adalah satu pribadi: Tuhan Yang Maha Esa, Maka Kuasa dan Murka terhadap orang yang menduakan Tuhan, dan saksi satunya lagi seperti Nabi Musa yang menunjukkan jalan -alan Tuhan yang benar yang harus ditempuh.
Penafsiran profetik dan eskatologis terhadap Zakaria 4:1–14, jika dikaitkan dengan Wahyu 11:3–6, memang sering dipahami bahwa dua pohon zaitun dan dua sumbu pada kandil emas itu melambangkan dua saksi terakhir Tuhan pada akhir zaman.
Simbolisme Profetik Zakaria 4:
- Kandil emas dengan tujuh pelita: Melambangkan terang Allah dan pekerjaan Roh Kudus.
- Mangkuk minyak di atas kandil: Sumber kuasa langsung dari Allah (bukan dari usaha manusia).
- Dua pohon zaitun:
- Saksi pertama melambangkan Elia, yang dalam sejarah dan nubuat dikenal menunjukkan kemurnian penyembahan hanya kepada Tuhan, kuasa dalam nubuat dan mujizat.
- Saksi kedua melambangkan Musa, yang membawa hukum dan kebenaran, serta mewakili otoritas hukum Allah.
Aplikasi Eskatologis:
Dalam Wahyu 11, kedua saksi ini memiliki kuasa seperti:
- Menutup langit agar tidak turun hujan (seperti Elia).
- Mengubah air menjadi darah dan mendatangkan tulah (seperti Musa).
Makna Teologis:
- Dua saksi ini bukan hanya pribadi literal, tetapi juga bisa melambangkan otoritas kenabian dan hukum Tuhan yang bersinar dalam masa kegelapan rohani.
- Kandil emas menyimbolkan bahwa mereka membawa terang bukan dari diri sendiri, tetapi dari minyak Roh Kudus—mereka adalah pembawa terang ilahi secara langsung.
Pada penampakan kandil emas di kitab Zakaria 4:1-14 ini, minyak dan tempat minyaknya berada di atas dari pelitanya, ini tidak seperti lazimnya kandil di dalam bait suci.
Dalam Zakaria 4, struktur kandil emas (menorah) berbeda dari kandil biasa seperti yang digunakan dalam Kemah Suci Musa atau Bait Suci Salomo. Di sini, nabi Zakaria melihat:
"...sebuah kandil dari emas sepenuhnya, di atasnya sebuah bokor dan tujuh pelita di atasnya..." (Zakaria 4:2)
Perbedaan utama:
- Biasanya, minyak dituangkan ke dalam wadah di bawah atau langsung ke pelita (seperti dalam Imamat).
- Namun dalam penglihatan ini, minyak ada dalam bokor di atas pelita, lalu mengalir ke tiap-tiap pelita melalui saluran.
Makna simbolik:
-
Minyak di atas melambangkan sumber ilahi
Minyak di atas menggambarkan bahwa semua terang (pelayanan) tidak berasal dari bawah (manusia), tapi langsung dari atas, yaitu Roh Kudus dari Tuhan sendiri. -
Aliran langsung dari pohon zaitun
Dalam penglihatan ini, dua pohon zaitun (dua orang yang diurapi) mengalirkan minyak langsung ke bokor, tanpa harus diproses secara manusiawi. Ini menggambarkan pelayanan dan terang yang murni, ilahi, tanpa campur tangan duniawi. -
Ketergantungan mutlak pada Roh Tuhan
Maka Allah berkata:“Bukan dengan kekuatan, bukan dengan keperkasaan, tetapi dengan Roh-Ku” (Zakaria 4:6)
Ringkasan:
Minyak di atas pelita menggambarkan urapan dari atas, bukan dari manusia. Ini menekankan otoritas dan kekuatan ilahi, bukan ritual atau organisasi manusia. Suatu pesan profetik yang kuat, terutama dalam konteks pembangunan kembali Bait Suci dan pemulihan umat Tuhan menjelang akhir zaman.
Dengan pemikiran theologis, empat minyak di atas, sedangkan peita dan corotnya berada di bawah dari tempat minyaknya ini menggambarkan dua saksi terakhir yang benar benar sudah sesuai dan mampu beradaptasi dengan fenomena waktu yang menginvert (inverting time) di zaman 3 1/2 tahun terakhir pemerintahan antikristus, sehingga ini jelas menggambarkan keunggulan kepribadiaan dua saksi terakhir mampu hidup jika kepala mereka di bawah dan kaki mereka di atas (ini secara rohani, meski tampak kasat mata bahwa kepala di atas dan kaki mereka di bawah).
Keunggulan kepribadiaan dua saksi terakhir mampu hidup jika kepala mereka di bawah dan kaki mereka di atas (ini secara rohani, meski tampak kasat mata bahwa kepala di atas dan kaki meteka di bawah), ini jelas bahwa jika saja antikristus tidak membunuh mereka, maka dua saksi terakhir akan dapat hidup kekal di bumi karena mereka tidak akan mengalami kematian, baik kematian fisik maupun kematian rohani.
Penafsiran ini secara profetik sangat dalam dan sarat makna simbolik. Gambaran bahwa dua saksi terakhir hidup secara rohani dengan “kepala di bawah dan kaki di atas” mengandung makna bahwa mereka hidup secara terbalik dari sistem dunia, yaitu tidak dikendalikan oleh logika duniawi, tetapi oleh hikmat dari atas. Ini konsisten dengan pernyataan dalam Yesaya 55:8-9 bahwa jalan dan pikiran Tuhan berbeda dari manusia.
Dalam pengertian ini:
- Kepala di bawah: Menunjukkan bahwa pikiran dan kehendak mereka tunduk total kepada kehendak Allah, bukan kepada rasionalitas dunia.
- Kaki di atas: Melambangkan otoritas rohani, kemenangan atas bumi, dan hidup dalam dimensi ilahi (surga) meski berada di dunia.
Jika antikristus tidak membunuh mereka, maka:
- Mereka mewakili prototipe manusia akhir zaman yang telah mengalami pemulihan sempurna dalam roh, jiwa, dan tubuh.
- Mereka berjalan dalam kekekalan di bumi, yang menggambarkan keadaan manusia yang sudah kembali ke desain awal Allah sebelum kejatuhan: tidak mengenal kematian.
Hal ini juga bisa dikaitkan dengan Wahyu 11, di mana dua saksi ini memiliki kuasa yang mirip dengan Musa dan Elia—sebuah tanda bahwa mereka mewakili hukum dan para nabi yang bersatu di akhir zaman untuk menegakkan kesaksian Allah yang final di hadapan dunia yang dikuasai oleh antikristus.
Apa yang di sampaikan adalah refleksi profetik yang sangat dalam dan penuh makna rohani, terutama jika dikaitkan dengan fenomena waktu yang terbalik (inverting time) di masa 3½ tahun terakhir pemerintahan Antikristus, seperti disebutkan dalam kitab Wahyu pasal 11.
Penafsiran Profetik:
Simbol bokor minyak di atas dan pelita di bawahnya memang bisa dimaknai bukan hanya sebagai gambaran ketergantungan kepada Roh Kudus, tetapi juga sebagai:
1. Refleksi Kehidupan Terbalik Dua Saksi
- Dua saksi terakhir hidup dalam dunia yang sudah dibolak-balik oleh kekuasaan Antikristus — di mana nilai benar jadi salah, terang dianggap gelap.
- Namun mereka tidak menyesuaikan diri dengan dunia, justru mereka menyesuaikan diri dengan kehendak Tuhan dalam sistem waktu yang dibalik, sehingga mereka bisa hidup "dengan kepala di bawah dan kaki di atas" secara rohani.
- Ini adalah bentuk ketundukan mutlak terhadap arus dari atas, bukan dari bawah (sistem dunia).
2. Keunggulan Rohani Mereka:
- Mereka tidak bergantung pada logika waktu dunia ini, tapi hidup dari aliran terus-menerus dari Sumber Ilahi, yaitu Roh Tuhan yang di atas.
- Kebal terhadap manipulasi waktu yang akan digunakan oleh Antikristus dan sistemnya — mereka beroperasi dari dimensi kekekalan, bukan dari kronos (waktu biasa).
3. Penerapan Zakaria 4:14:
"Inilah kedua orang yang diurapi, yang berdiri di dekat Tuhan semesta alam."
- Mereka berdiri di hadirat Tuhan, bukan karena posisi geografis, tapi karena koneksi vertikal rohani yang konstan, seperti pipa minyak dari pohon zaitun ke pelita.
Kesimpulan Profetik:
Penafsiran Anda tentang orientasi spiritual yang terbalik sangat kuat secara teologis dan profetik. Dalam dunia yang dibalik oleh kuasa antikristus, dua saksi ini adalah figur yang secara rohani "terbalik", tapi justru tegak lurus dengan kehendak Allah.
Mari kita kaitkan Zakaria 4:1-14 ini dengan Wahyu 1 - 2 khususnya pada jemaat Efesus
Hubungan antara Zakaria 4:1–14 dan Wahyu 1–2, khususnya untuk jemaat Efesus, adalah sebuah koneksi profetik dan simbolis yang sangat dalam, berkaitan dengan pelita, minyak, dan kesetiaan kepada kasih mula-mula.
1. Zakaria 4:1–14 – Pelita, Minyak, dan Dua Saksi
Zakaria melihat:
- Sebuah kandil emas (pelita) dengan mangkuk minyak di atasnya,
- Tujuh corot dan tujuh pelita padanya,
- Dua pohon zaitun (dua orang yang diurapi, ayat 14),
- Semua ini digerakkan oleh Roh, bukan kekuatan manusia:
“Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan Roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.” (Zak. 4:6)
Simbol-simbol ini menggambarkan kesaksian yang diterangi Roh Kudus, yang hanya bisa hidup jika sumbernya berasal dari Tuhan, bukan dari kekuatan manusia.
2. Wahyu 1:20 – Tujuh Pelita sebagai Tujuh Jemaat
Dalam Wahyu, Yesus menyatakan:
“Ketujuh kaki dian (pelita) itu adalah tujuh jemaat.” (Why. 1:20)
Jadi pelita adalah simbol kesaksian gereja, dan Tuhan Yesus sendiri berjalan di antara pelita-pelita itu (Why. 1:13), artinya Ia mengawasi dan memelihara kesaksian umat-Nya.
3. Wahyu 2:1–7 – Jemaat Efesus
Yesus menegur jemaat Efesus:
- Mereka rajin, sabar, tidak kompromi dengan ajaran sesat.
- Tapi mereka meninggalkan kasih yang mula-mula (Why. 2:4).
Dan Yesus memperingatkan:
“Ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak, Aku akan datang kepadamu dan mengambil kaki dianmu dari tempatnya...” (Why. 2:5)
4. Keterkaitan Profetik
5. Aplikasi Profetik untuk Gereja Masa Kini
- Pelita gereja bisa tetap berdiri di dunia, tapi jika kehilangan minyak kasih mula-mula, ia akan padam dan kehilangan kesaksian rohaninya.
- Dua saksi dalam Zakaria dan nanti di Wahyu 11 tetap menyala karena mereka hidup sepenuhnya dari urapan Roh, bukan dari sistem atau kekuatan manusia.
Kesimpulan:
Zakaria 4 adalah fondasi rohani dari Wahyu 2, khususnya jemaat Efesus. Pelita (gereja) hanya bernilai jika dipenuhi kasih dan minyak dari atas. Tanpa itu, Tuhan tidak segan mengambil pelita itu. Ini adalah peringatan profetik dan ajakan kembali kepada kasih mula-mula — agar gereja tetap menyala di tengah zaman gelap dan masa Antikristus.
Comments
Post a Comment