TEKNIK PENARIKAN SAMPEL METODE SEGMEN TERPADU SEMUA UNTUK SATU

 PMD SESAWI-AK


TEKNIK PENARIKAN SAMPEL METODE SEGMEN TERPADU, SEMUA UNTUK SATU

(Oleh: SR. Pakpahan, SST) 


BAB I

PENDAHULUAN


Penemuan terbaru di bidang ilmu pengetahuan, telat di bidang ilmu statistik tentang penarikan sampel dari sekumpulan populasi objek yang diamatj, dari sang penemu selaku penulis karya ilmiah inj. 

Karya ilmiah terbaru ini diberi nama Teknik Penarikan Sampel Metode aSegmen Terpadu, Semua Untuk Satu. 

Mengingat Kebutuhan manusia akan keingintahuan yang tak terbatas terus berkembang, di sini penulis menemukan dan membuat suatu terobosan baru di bidang sains dan IPTEK melalui perstatistikan. Penemuan baru inj begitu penting untuk kelangsungan dan memberi kemudahan dalam pekerjaan statistik dalam pengumpulan data dan informasi, 

Teknik Penarikan Sampel Metode baru ini menggunakan teknik segmen terpadu, bahwa semua objek dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel terpilih dengan bantuan pemilihan sampel sementara sebelum menentukan terpilihnya sampel tetap, dengan menggunakan rumus atau formula yang sangat praktis, sederhana, dan mudah diterapkan dalam kegiatan statistik. 

Teknik Penarikan Sampel Metode Segmen Terpadu, Semua Untuk Satu ini, berbeda dengan Teknik penarikan Sampel Metode Konvensonal yang menggunakan Tabel Angka Random (TAR), meski memilik perbedaan, namun diantara keduanya ada memiliki kesamaan

Penarikan sampel metode baru ini hanya menggunakan instrumen perhitungan berupa Interval, dan angka Random sampel pertama sehingga memudahkan perhitungan matematis, cepat mendapatkan hasil objek terpilih sebagai sampel tetap, sampel yang terpilih adalah berkualitas karena ke-representatif-annya dapat mewakili karakteristik populasinya, dan terkendali dalam proses penghitungan angka random sampel, dan dalam penggantian sampel terpilih bila sampel terpilih utama adalah non respon. 


BAB II

PENARIKAN SAMPEL DARI POPULASI SUATU WILAYAH/BLOK SENSUS DENGAN METODE KONVENSIONAL


Pekerjaan bidang perstatistikan yang dibebankan Negara diembankan kepada Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai instansi pemerintah pusat bersifat vertical yang tugasnya menangani perstatistikan di Indonesia terasa semakin lama semakin berat seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya zaman dan teknologi.

            Sebagaimana kita ketahui selama ini dalam teknik penarikan sampel model konvensional (model lama) yang mana prosedur pemilihan sampel terpilih dari suatu populasi dilakukan dengan menentukan angka random pertama (R1) untuk sampel terpilih pertama yang diambil dari Tabel Angka Random (TAR), kemudian angka R1 ini digunakan selanjutnya untuk mendapatkan angka R2 untuk sampel terpilih kedua dengan cara menambahkan besarnya interval dari R1 ke R2, selanjutnya mendapatkan R3, R4, R5 dan seterusnya sampai terpilih keseluruhan sampel terpilih.

            Adapun Tabel Angka Random (TAR) memuat angka angka acak dalam beberapa baris dan kolom (umumnya 35 baris, 25 kolom) yang siap dipakai/diambil untuk penarikan sampel terpilih, dengan prosedur statistic sebagai berikut:

1. Memilih secara acak satu angka random dari TAR yang terdapat pada lampiran 2 buku pedoman suatu survey yang diadakan BPS (seperti buku pedoman SUSENAS), angka random yang di dapat berguna untuk menentukan halaman TAR yang akan digunakan, bila yang didapat angka ganjil maka digunakan halaman 1, dan bila yang di dapat angka random genap maka digunakan halaman 2.

2. Pada TAR lembaran halaman yang di dapat, dipilih secara acak satu angka lagi dari TAR itu juga untuk menentukan Baris dalam TAR, angka random tersebut harus lebih kecil atau sama dengan 35, bila di peroleh angka yang lebih besar dari 35, maka di cari angka random pada kolom yang sama pada baris berikutnya dibawahnya untuk mendapatkan Baris dalam TAR.

3. Kemudian dipilih secara random angka random untuk menentukan Kolom dalam TAR yang mana angka yang didapat harus lebih kecil atau sama dengan 25. Bila diperoleh angka yang lebih besar dari 25 maka dicari angka random pada kolom yang sama pada baris berikutnya dibawahnya untuk mendapatkan Kolom dalam TAR.

4. Dicatat angka random yang terdapat pada lembaran TAR yang diperoleh tersebut berupa: halaman, baris dan kolom. Bila angka random yang diperoleh tersebut lebih besar dari jumlah populasi usaha/perusahaan/rumahtangga yang ada, maka dicari angka yang lebih kecil atau sama dengan yang terdapat pada kolom yang sama pada baris berikutnya dibawahnya pada lembaran halaman TAR tersebut.

Adapun tata cara teknik penarikan sampel dari populasi pada suatu wilayah/blok Sensus, sub blok sensus, atau pada populasi rumah tangga terpilih dalam suatu survey dengan menggunakan metode konvensional ini yang biasa digunakan selama ini adalah:

1. Melakukan pendaftaran/listing usaha/perusahaan/rumahtangga di wilayah blok sensus pendataan dengan cara mendaftar seluruh usaha/rumahtangga di masing masing segmen yang ada di wilayah blok sensus tersebut secara biasa yang tersusun rapi dan benar.

2. Setelah pendaftaran/listing usaha/perusahaan/rumahtangga telah dilakukan selesai, lalu diperiksa keadaan daftar listing tersebut. Semua isian baris dan kolom sudah harus diperiksa kebenarannya, konsistensi dan relevansi antar isian yang ada. Jika masih ditemui kesalahan, maka harus di betulkan dahulu sebelum melakukan pemilihan sampel.

3. Untuk penarikan sampel, dihitung terlebih dahulu Interval (Int) sama dengan jumlah populasi usaha/rumahtangga pada daftar hasil listing dibagi dengan jumlah sampel yang ada, hasil pembagian dibuat dalam angka desimal 2 angka di belakang koma.

4. Menggunakan tabel TAR untuk menentukan angka random pertama (R1) yang nilainya lebih kecil atau sama dengan besarnya Interval (Int).

5. Menggunakan angka Interval (Int) tersebut untuk menghitung angka random terpilih berikutnya dalam memilih usaha/rumah tangga terpilih berikutnya.

R2 = R1 + Int

R3 = R2 + Int, atau R3 = R1 + 2Int

R4 = R3 + Int, atau R4 = R1 + 3Int

Dan seterusnya, sehingga didapat rumus:

Rn = Rn-1 + Int,  

atau

Rn = R1 + (n-1) Int

6. Sesuai dengan angka random terpilih tersebut, angka yang didapat dipakai untuk melingkari nomor urut usaha/rumahtangga pada daftar listing dan di beri conteng (√), kemudian di pindahkan nomor urut: bangunan bangunan fisik, bangunan sensus, dan nomor urut usaha/rumahtangga yang terpilih (yang ada sebanyak jumlah sampel ke dalam daftar sampel (DSRT)).

7. Daftar hasil DSRT ini yang sudah lengkap terisi seluruh sampel terpilih, ini merupakan dokumen yang siap digunakan petugas lapangan (KSK) untuk melakukan pencacahan usaha/rumahtangga terpilih seluruhnya tersebut di wilayah/blok sensusnya.

Berikut contoh penarikan sampel dengan metode konvensional (model tabel TAR),  Tabel Angka Random (TAR) halaman 1 dan halaman 2 ada diberikan pada lampiran.

Contoh 1: (Lihat di lampiran)


BAB III

TINGKAT KEREPRESENTATIFAN SAMPEL YANG TERPILIH


Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut agar KSK yang melakukan perbuatan menipu data sedemikian rupa tidak dapat berbuat curang lagi, sebab undang undang perstatistikan yang berlaku yang ada sekarang ini rasanya kurang kuat untuk menegakkan cara memperoleh data dari responden yang baik dan benar, memang  data harus diperoleh  dari hasil wawancara yang jujur baik dari jawaban responden maupun dari isian petugas statistic (KSK) tersebut.

Pertanyaan yang timbul berikutnya adalah apakah sampel usaha/perusahaan/rumah tangga yang terpilih itu, bila di datangi petugas BPS apakah sudah benar-benar representative yang dapat mewakili karakteristik populasinya, sebab sia-sia kalau petugas yang sudah capek mendatangi responden, tapi yang ia dapat tidak ada keterangan/data untuk indicator yang dimaksud kurang sesuai dengan tujuan pendataan.  

Perlu dipertanyakan juga bagaimana sebenarnya urutan masing-masing nomor urut usaha/rumah tangga yang terpilih sebagai sampel terpilih yang disalin ke dalam daftar sampel usaha/rumah tangga terpilih (DSRT) ?.

Terfokus pada perihal tersebut di atas, bila di telaah penarikan sampel yang di pandang dari sudut kesalahan petugas (non sampling error) atau kesalahan teknik/metode (sampling error), dengan memakai konsep, defenisi dan teknik penarikan sampel selama ini ternyata ada di temui kelemahan dan kekurangannya bila hanya menerapkan prosedur, tata cara teknik penarikan sampel dari suatu populasi wilayah sensus atau sub blok sensus terpilih yang memakai Tabel Angka Random (TAR), memang prosedur/tekniknya sudah baik dan benar nyata ada kebenarannya, ada angka interval/jarak antar rumah tangga terpilih dan teknik cara mendapatkan rumah tangga terpilih dapat dikatakan bersih (walaupun sebenarnya belum bersih), masih ada di temui “polutan data’’ akibat dari deviasi/penyimpangan penarikan sampel usaha/rumahtangga tersebut.  Usaha/perusahaan/rumahtangga-rumahtangga yang terpilih juga cara mendapatkannya cukup singkat, hanya dengan menambahkan angka interval (Int) saja pada nomor urut rumah tangga terpilih sebelumnya (Ri-1)., namun frekwensi (keseringan terpilihnya suatu usaha/rumah tangga yang terpilih diantara keseluruhan sampel) tersebut hanya satu kali saja dalam satu kali putaran pemilihan.

Kurang representatif bila suatu rumah tangga terpilih hanya satu kali saja dalam proses perguliran/putaran pemilihan sampel bila dibandingkan dengan rumahtangga yang terpilih frekwensinya ada beberapa kali (lebih dari satu kali) dari antara keseluruhan sampel. Hal keseringan terpilih yang demikian ini menunjukkan bahwa rumahtangga terpilih tersebut adalah benar benar representative dapat mewakili karakteristik keseluruhan populasi rumah tangga di blok sensus tersebut. Lebih representatif bila suatu rumahtangga terpilih 3 kali dibanding dengan rumah tangga lain yang terpilih hanya satu kali saja selama proses perguliran/putaran pemilihan sampel bahkan dari rumah tangga lainnya yang tidak terpilih sama sekali yang frekwensi terpilihnya sama dengan 0 (nol).

Dengan demikian banyaknya frekwensi (keseringan terpilih) nya suatu usaha/rumah tangga dalam proses putaran pemilihan sampel menentukan tingkat kerepresentatifan rumah tangga tersebut sebagai sampel terpilih, meskipun terpilih lebih dari satu kali, usaha/rumah tangga tersebut tetap di data (di cacah) hanya satu kali saja.

Selama ini prosedur teknik penarikan sampel yang dipakai hasilnya kurang memuat hasil yang bersih (masih dirasakan adanya polutan data), untuk itu perlu di buat solusi dengan menerapkan teknik penarikan sampel metode baru yang diusulkan penulis ini agar hasil penarikan sampel lebih baik dan lebih bersih, polutan datanya terhilang atau dengan kata lain metode baru ini berguna untuk memberi hasil penarikan sampel yang benar benar bersih dan baru dan selalu baru  akibat dari kemurnian perbuatan metode penarikan sampel tersebut, polutan datanya  sudah tidak ada lagi.

Selanjutnya dalam penarikan sampel metode konvensional, ada hal penggantian sampel rumahtangga terpilih yang menggantikan rumah tangga terpilih utama di nomor urut sampel rumah tangga terpilih tersebut yang disebabkan oleh karena suatu alasan keadaaan rumah tangga terpilih utama tersebut tidak dapat di data (non respon), perlakuan penggantian sampel sudah cukup baik dan benar yaitu dengan cara menggantikan rumah tangga terpilih utama tersebut dengan nomor urut rumah tangga berikutnya yang terdekat dengan nomor urut rumah tangga non respon tersebut yang ada di daftar hasil listing bangunan/rumah tangga sebagai rumah tangga pengganti terpilihnya dilakukan sebanyak satu, dua atau tiga nomor urut rumah tangga berikutnya (penggantian secara baris).

Hal demikian ini penggantian sampel juga di terapkan pada teknik penarikan sampel metode baru yang penulis usulkan ini, Cuma bedanya bahwa rumah tangga terpilih utama yang akan diganti bila nomor urutnya ganjil maka rumah tangga terpilih penggantinya adalah satu, dua atau tiga nomor ganjil di bawah nomor urut rumah tangga terpilih utama tersebut (penggantian secara deret), dan bila nomor urut rumah tangga terpilih utama yang akan diganti tersebut adalah bernomor genap, maka rumah tangga terpilih penggantinya adalah tiga nomor genap berikutnya yang dibawah nomor urut rumah tangga terpilih utama tersebut (penggantian secara deret) yang tertera di daftar listing.


BAB IV

TEKNIK PENARIKAN SAMPEL METODE SEGMEN TERPADU, SEMUA UNTUK SATU


Masalah umum dalam penarikan sampel dengan metode konvensional atau metode apapun yang dipakai, masalahnya terletak pada penentuan besarnya angka sampel terpilih pertama (R1), demikian juga bila di terapkan pada teknik penarikan sampel metode segmen terintegrasi ini. Penentuan besarnya R1 (sampel pertama) haruslah benar benar tepat, karena R1 ini adalah sebagai awal mendapat sampel berikutnya atau selanjutnya akan dilakukan penarikan sampel berikutnya untuk R2, R3, dan seterusnya dengan menambahkan Interval penghitungan terhadap sampel terpilih sebelumnya. Segala-galanya prosedur metode statistic apapun yang dilakukan dalam penarikan sampel harus berpusat pada nilai R1 ini. Masalah berikutnya yang ditemui dalam penarikan sampel adalah menentukan tingkat kerepresentatifan sampel yang terpilih, apakah responden yang sebagai sampel terpilih yang akan dikunjungi petugas BPS sudah benar-benar akan representative yang akan dapat mewakili karakteristik seluruh populasi dan akan dapat memberi kepuasan bagi petugas atas jawaban yang diberinya?.

Sampel terpilih yang diperoleh dari sejumlah populasi usaha/perusahaan/rumahtangga dalam suatu wilayah/blok sensus atau sentra wilayah sensus adalah sampel dari hasil listing pendaftaran usaha/rumahtangga dari suatu survey yang dipilih beberapa usaha/rumah tangga dengan memakai prosedur statistic dimana usaha/rumahtangga yang terpilih tersebut keberadaannya dapat mewakili karakteristik keseluruhan populasinya. Hasil penarikan sampel yang di peroleh diharapkan adalah sampel yang benar benar representative atau sangat representative yang giliran berikutnya bila dilakukan pencacahan pada sampel terpilih tersebut, maka akan dapat mencapai tujuan pendataan yang dimaksud yaitu memperoleh nilai variable variable data yang diinginkan.

Bila dengan memakai metode lama (konvensional) pada teknik penarikan sampel yang menggunakan tabel TAR (Tabel Angka Random) untuk pemilihan R1 (sampel pertama) dirasakan sudah membosankan, tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman dan teknologi sekarang ini, disamping cara konvensional tersebut masih memuat unsur keacakan seolah olah ada unsur kesengajaan “sembarangan” memilih sampel pertama, meskipun nyatanya hasil yang di dapat melalui proses prosedur statistic yang baik dan benar yang telah memenuhi tata cara /teknik yang berlaku, juga dirasakan pada waktu pencacahan responden di lapangan akan timbul “rasa iri” di antara semua calon responden (sebab semua populasi masing masing memiliki kesempatan yang sama terpilih sebagai responden/calon sampel terpilih) dalam suatu populasi usaha/perusahaan/rumahtangga di blok sensus yang tertera pada daftar hasil listing bangunan/rumahtangga.

Tidak tertutup kemungkinan juga adanya kesalahan non sampling error atau kesalahan petugas yang mendata dengan memberi angka angka sembarangan yang tidak benar sumbernya atau  akibat dari berbuat jahat “menipu data” dalam arti petugas pendata (KSK) cenderung berbohong dengan memberi isian data yang tidak benar/bukan dari jawaban responden, apalagi sewaktu pekerjaan pendaftaran atau listing bangunan/rumahtangga, bila hasil listing sudah tidak benar dari responden di lapangan (segmen yang tidak benar di blok sensus) maka ini akan berpengaruh pada pekerjaan penarikan sampel, kemungkinan besar hasilnya adalah responden yang sebagai sampel terpilih tidak akan lagi sebagai sampel yang representative di populasinya.

Untuk menghindari hal hal seperti itu dan agar petugas pendata (KSK) berbuat jujur memberi isian data dengan yang sebenarnya mendapat data dari jawaban responden di lapangan, dan agar lebih mudah kegiatan mencacah pada suatu survey, sudah selayaknya teknik penarikan sampel perlu diterapkan dengan metode baru yang penulis usulkan ini, demi tercapainya sampel terpilih yang di dapat adalah benar benar representatif bahkan sangat representatif mewakili keseluruhan populasinya.

Meskipun masing masing unit populasi memiliki kesempatan terpilih yang sama, dari beberapa sampel yang terpilih dari polpulasinya, semua sampel tersebut tidak boleh dianggap sama sama representative, tidak boleh dianggap masing-masing memiliki tingkat  mewakili rumahtangga yang lain adalah sama, tetapi pada masing masing usaha/rumah tangga yang akan dipilih ada memiliki tingkat kerepresentatifan yang berbeda, rumah tangga si A yang terpilih tiga kali memiliki tingkat ke-representatifan yang lebih tinggi dari rumahtangga si B yang terpilih hanya satu kali, atau dari si C, atau dari rumah tangga lainnya yang tidak terpilih sama sekali dalam proses perputaran pemilihan. Tigkat kerepresentatifan sampel terpilih ini ditentukan dari keseringan (kerap kali) terpilihnya usaha/rumah tangga tersebut dalam proses perputaran penarikan sampel yang dilakukan pada populasi tersebut.

Dapat kita bayangkan bagaimana cara kita agar dapat menentukan usaha/rumahtangga rumahtangga yang mana yang akan kita pilih dari keseluruhan populasi mereka adalah sampel yang benar benar sangat representative, sudahkah menurut kita bahwa sampel yang terpilih menurut teknik penarikan sampel metode konvensional itu adalah benar benar representative, bukankah sampel itu hanya terpilih lewat keacakan (kerandoman) saja, bukankah lebih baik dengan memakai metode segmen terpadu?, seandainya kita sama seperti Tuhan, sudah pasti kita akan dapat menunjuk yang mana mana saja rumah tangga yang benar benar sangat representative agar segera untuk kita cacah. Hanya Tuhanlah yang Maha Tahu untuk memilih rumahtanga rumahtangga yang benar benar sangat representative sebagai sampel terpilih utama kita.

Untuk mendekati kebenaran menurut yang Tuhan berikan, maka penulis memberi metode baru dalam teknik penarikan sampel ini yang penulis beri nama “teknik penarikan sampel metode segmen terpadu” bagi para pembaca.

Perbedaaan yang nyata metode baru ini dengan metode konvensional ada terletak pada besaran sampel, bahwa pada metode baru ini ada penentuan besarnya ukuran sampel sementara (Ss), sedangkan pada metode konvensional tidak ada ukuran besaran sampel sementara.

Bila di misalkan dalam suatu wilayah/blok sensus/sentra wilayah pendataan yang terdiri dari muatan usaha/perusahaan/rumah tangga sebanyak P populasi, jika diambil beberapa sampel terpilih dari populasi tersebut sebanyak S sampel, maka prosedur statistic yang diperlukan dalam teknik penarikan sampel metode segmen terpadu adalah mengikuti tata cara teknik penarikan sampel pada suatu wilayah/blok Sensus, sub blok sensus, atau pada populasi rumah tangga terpilih dalam suatu survey dengan menggunakan metode baru ini yang digunakan  adalah:

1. Melakukan pendaftaran/listing usaha/rumahtangga di wilayah blok sensus pendataan dengan cara mendaftar seluruh usaha/rumahtangga di masing masing segmen yang ada di wilayah blok sensus tersebut secara TERPADU, tersusun rapi dan benar benar sistematis.

2. Setelah pendaftaran/listing usaha/rumah tangga telah selesai dilakukan, lalu diperiksa keadaan daftar listing tersebut. Semua isian baris dan kolom sudah harus diperiksa kebenarannya, konsistensi dan relevansi antar isian yang ada. Jika masih ditemui kesalahan, maka harus di betulkan dahulu sebelum melakukan pemilihan sampel.

Berikut ini sistem penarikan sampelnya, yaitu:

a. Untuk penarikan sampel, dihitung terlebih dahulu Interval (Int) sama dengan jumlah populasi usaha/rumahtangga pada daftar hasil listing dibagi dengan jumlah sampel yang ada, hasil pembagian dibuat dalam angka decimal 2 angka di belakang koma. Di tetapkan nilai Interval sebagai: Int = P / S

b. Dari sejumlah populasi ditentukan sebagai  P, dan jumlah sampel (sampel tetap) ditentukan sebagai S, Kemudian dihitung Sampel sementara (Ss) dari sampel tetap (S) untuk menentukan angka Sampel terpilih pertama (R1) yang nilainya berdasarkan rumus. 

Dari beberapa unit populasi (P), bila di ambil sampel sebanyak sampel tetap (S), maka terlebih dulu melalui pengambilan sampel sementara, dengan rumus sebagai berikut:

Di tetapkan rumus jumlah sampel sementara sebagai Ss = 2 (S-1)

c. Di dapatkan nilai sampel terpilih pertama R1 = P – (Ss –S)

d. Menggunakan angka Interval (Int) untuk menghitung angka sampel terpilih berikutnya dalam memilih usaha/rumah tangga terpilih berikutnya.

Sehingga didapatkan nilai sampel terpilih kedua, R2 = R1 + Int

sampel terpilih ketiga R3 = R2 + 2 Int

sampel terpilih keempat R4 = R3 + 3 In

sampel terpilih kelima R5 = R4 + 4 Int

e. Dilakukan perguliran/perputaran penarikan sampel yang berikutnya, sama halnya dari R1 hingga R5, bahwa:

Nilai sampel terpilih keenam, R6 = R1 – Int

sampel terpilih ketujuh, R7 = R6 + Int

sampel terpilih keselapan, R8 = R7 + 2 Int

sampel terpilih kesembilan, R9 = R8 + 3 Int

sampel terpilih kesepuluh, R10 = R9 + 4 Int

f. Dilakukan perguliran penarikan sampel yang berikutnya untuk R11 dan seterusnya, ini sama halnya dari R1 hingga R5 atau dari R6 hingga R10, bahwa:

Nilai sampel terpilih kesebelas, R11 = R1 – 2 Int

sampel terpilih kedua belas, R12 = R11 + Int

sampel terpilih ketiga belas, R13 = R12 + 2 Int

sampel terpilih keempat belas, R14 = R13 + 3 Int

sampel terpilih kelima belas, R15 = R14 + 4 Int

g. Untuk putaran penarikan sampel berikut dan berikutnya untuk R16 dan seterusnya adalah sama dengan tingkatan penarikan sampel dari perputaran sebelumnya. 

h. Atau secara umum di tentukan rumus penarikan sampel metode segmen terpadu semua untuk satu, adalah sebagai berikut:

R1 = P – (Ss –S)

R6,11,16, … = R1 – I (Int) ,  dimana i= 1,2,3, … dst.

Dan

Rj = Rj-1  + k (Int) , 

dimana  j = 2,3,4,5,   7,8,9,10,  … dan                        k = 1,2,3,4 sesuai dengan urutan perputaran pemilihan.

Selanjutnya:

R2 = R1 + Int

R3 = R2 + 2 Int,

R4 = R3 + 3 Int,

R5 = R4 + 4 Int,

Dan dilanjutkan perputaran pemilihan sampel berikutnya.

R6 = R1 – Int

R7 = R6 + Int

R8 = R7 + 2 Int,

R9 = R8 + 3 Int,

R10 = R9 + 4 Int,

Dan seterusnya, hingga perputaran pemilihan sampel berikutnya yaitu R11 s/d R15, dan seterusnya hingga selesai.

Rumus baku Penarikan Sampel:

Rs1 = P - (Ss -S)

Rsi =  Rsi-1  + (k * Int)

untuk i = 2, 3, 4, 5, ..., dan

            k = 1, 2, 3, 4 sesuai urutan.

Rs5j+1 = Rs1 - (j * Int)

untuk j = 1, 2, 3, ...

Pola perguliran sampel mengikuti urutan setiap 5 sampel, dengan  Rs5j+1 dimulai  dari Rs1, lalu dikurangi kelipatan interval  setiap putaran.

Penjelasan:

a. Rs1 dihitung menggunakan rumus .

b. Untuk sampel berikutnya (Rs2 hingga Rs15), diterapkan rumus Rsi dengan penambahan k yang berubah secara siklik (1, 2, 3, 4).

c Setiap kelipatan lima (Rs6, Rs11, dst.), digunakan rumus Rs5j+1: .

Rumus tersebut melakukan proses penarikan sampel terpadu dari populasi berdasarkan metode sistematik. Berikut penjelasannya:

a. Fungsi penarikan_sampel: Menghitung sampel berdasarkan populasi P, dengan selang interval Int, jumlah sampel tetap S, dan sampel sementara Ss. Sampel diambil secara sistematis dengan menghitung nilai Rs berdasarkan interval dan posisi iteratif.

b. Fungsi proses_penarikan_sampel: Mengambil input populasi dan jumlah sampel dari pengguna, kemudian menghitung interval dan sampel sementara. Fungsi ini menampilkan hasil sampel sementara dan tetap yang dihitung menggunakan penarikan_sampel.


3. Sesuai dengan angka sampel terpilih yang didapat tersebut, angka yang didapat dipakai untuk melingkari nomor urut usaha/rumahtangga pada daftar listing dan di beri conteng (√), kemudian di pindahkan nomor urut: bangunan bangunan fisik, bangunan sensus, dan nomor urut usaha/rumahtangga yang terpilih (yang ada sebanyak jumlah sampel ke dalam daftar sampel (DSRT)).

4. Daftar hasil DSRT ini yang sudah lengkap terisi seluruh sampel terpilih, ini merupakan dokumen yang siap digunakan petugas lapangan (KSK) untuk melakukan pencacahan usaha/rumahtangga terpilih seluruhnya tersebut di wilayah/blok sensusnya.

Bahwa dalam pelaksanaan pendaftaran bangunan/usaha/rumahtangga dalam 1 wilayah blok sensus wilayah tugas pendataan listing, semua usaha/rumahtangga harus di daftar pada daftar listing dengan nomor urut yang teratur menurut urutan segmen wilayahnya masing-masing. Pengaturan urutan segmen harus dibuat sedemikian rupa bagaikan suatu rangkaian/untaian pendataan listing bangunan/usaha/rumah tangga yang terpadu atau terintegrasi, untuk listing usaha/perusahaan dalam 1 blok sensus atau 1 wilayah sentra usaha harus dibatasi jumlah populasinya maksimal sebanyak 13 segmen yang  maksimal memuat 87 unit usaha/perusahaan, sedangkan untuk listing rumah tangga dalam 1 wilayah blok sensus harus di batasi populasinya maksimal sebanyak 14 segmen yang maksimal memuat 100 rumah tangga.

Pendaftaran dengan segmen terpadu yang di maksud adalah pendaftaran unit usaha/rumah tangga yang di lakukan dengan prosedur statistic yang benar, pendaftaran di mulai dari segmen pertama 001 di awal atau depan pintu masuk wilayah blok sensus atau dari arah mata angin Barat, lalu menuju ke utara terus berlanjut ke arah selatan hingga selesai di arah Timur di nomor segmen terakhir di bagian akhir atau belakang pintu/gerbang keluar wilayah blok sensus tersebut. Hal yang demikian dilakukan agar tercapai keterpaduan satu kesatuan rangkaian susunan nomor urut usaha/rumah tangga guna dipakai selanjutnya untuk memilih sampel nantinya yang terpilih adalah sampel yang benar benar telah reprsentatif bahkan sangat representative, setidak tidaknya rumus metode penarikan sampel metode baru ini yaitu metode segmen terpadu yang penulis berikan dapat berlaku untuk pemilihan sampel pertama R1 dan sampel sampel berikutnya Rn.

Sebagai penentu rangkaian/untaian susunan nomor urut usaha/rumah tangga itu sudah terpadu satu kesatuan dalam suatu segmen, diberikan penandanya pada satu unit usaha/rumah tangga saja di nomor awal usaha/rumah tangga tersebut di segmennya yang ada di arah Timur dan atau satu lagi di selatan, berapapun muatan usaha/rumah tangga dalam satu segmen tersebut.

Bila prosedur statistic dalam pendaftaran dan penarikan sampel metode segmen terpadu (terintegrasi) ini telah dilakukan, maka akan dapat memberi hasil berupa:

1. Adanya keterpaduan satu kesatuan seluruh unit usaha/rumah tangga, masing-masing mempunyai peluang yang sama untuk terpilih dan masing masing dianggap calon sampel yang memiliki tingkat ke representatifan yang sama (keadaaan sementara sebelum saat di tarik sampel tetap)

2. Sebagai penanda satu kesatuan seluruh unit usaha/rumah tangga itu sudah terpadu, akan diberi tandanya pada sampel terpilih pertama R1 yang terpilih nantinya di saat dilakukan penarikan sampel. Di saat mendapatkan R1, maka seluruh unit usaha/rumah tangga di katakan sudah terpadu dalam satu kesatuan indicator statistic.

3. Keterpaduan satu kesatuan seluruh unit usaha/rumah tangga inilah yang akan dibuat menjadi dasar atau landasan untuk penarikan sampel, dengan syarat jika pendaftaran belum mencapai keterpaduan satu kesatuan, maka pengambilan sampel belum bisa di lakukan. Jika seluruh unit usaha/rumah tangga yang di daftar dirasakan masih berserak atau belum bersatu dalam satu kesatuan, maka dasar/landasan untuk penarikan sampel belum ada di dapat.

Dalam melakukan penarikan sampel, untuk mendapatkan sejumlah sampel tetap (S) yang terpilih dari beberapa sampel sementara (Ss), dimana pada sampel sementara yang terpilih itu ada terdapat beberapa usaha/rumah tangga yang terpilih beberapa kali (frekwensi terpilih lebih dari 1 kali). Unit usaha/rumah tangga yang terpilih beberapa kali ini mengandung arti bahwa sampel tetap yang telah di peroleh adalah sampel yang benar benar representative bahkan sangat representative bila di banding dengan unit usaha/ rumah tangga yang hanya terpilih satu kali saja, atau bahkan dari unit yang tidak terpilih sama sekali. Sampel-sampel yang terpilih dari populasinya yang dapat terpilih beberapa kali dalam beberapa putaran pemilihan sampel, hanya tergantung kepada jumlah populasi dan jumlah sampel yang di perlukan dan juga tergantung kepada posedur statistic atau rumus penarikan sampel yang di berikan.        

Berikut contoh teknik penarikan sampel metode segmen terpadu:

Contoh 2: (Lihat di Lampiran)

Dari contoh 2, diperoleh:

Sampel terpilih R1 = R7 = R18 = nomor urut 390

Sampel terpilih R2 = R13 =nomor urut 23

Sampel terpilih R3 = R19 =nomor urut 90

Sampel terpilih R4 = nomor urut 190

Sampel terpilih R5 = R11 = R17 = nomor urut 323

Sampel terpilih R6 = R12 = nomor urut 357

Sampel terpilih R8 = nomor urut 57

Sampel terpilih R9 = nomor urut 157

Sampel terpilih R10 = R16 = R22 = nomor urut 290

Sampel terpilih R14 = nomor urut 123

Sampel terpilih R15 = R21 = nomor urut 257

Sampel terpilih R20 = nomor urut 223.

Maka orang orang yang terpilih sebanyak 12 orang untuk mengikuti perlombaan balap mobil tersebut adalah masing-masing dengan nomor urut:

390, 23, 90, 190, 323,357, 57, 157, 290, 123, 257 dan 223

Bila dilihat tingkatan kerepresentatifan masing masing sampel terpilih tersebut dapat dibuat dalam suatu tabel, sebagai berikut:

Dari contoh 2 di atas terlihat bahwa dari 5 kali putaran pemilihan sampel telah didapat beberapa sampel terpilih:          

Sampel terpilih nomor urut 390, 323, 290 dengan tingkat kerepresentatifan tingkat 1 adalah sampel sampel terpilih yang sangat representative bila dibanding dengan sampel nomor urut 23, 90, 357, 257, bahkan bila dibanding dengan nomor urut 190,57, 157,123, 223

Sampel terpilih nomor urut 23, 90, 357, 257 dengan tingkat kerepresentatifan tingkat 2 adalah sampel sampel terpilih yang sangat representative bila dibanding dengan sampel nomor urut 190, 57, 157,  123, 223.

Sampel terpilih nomor urut 190, 57, 157, 123, 223 dengan tingkat kerepresentatifan tingkat 3 adalah sampel sampel terpilih yang sangat representative bila dibanding dengan nomor urut yang tidak terpilih sama sekali.


Contoh 3: (lihat di lampiran). 

Dari contoh 3, diperoleh:

Sampel terpilih R1 = nomor urut 3.

Sampel terpilih R2 = R9 = nomor urut 16.

Sampel terpilih R3 = R6 = R10 = nomor urut 36.

Sampel terpilih R4 = nomor urut 23.

Sampel terpilih R5 = R8 = nomor urut 29.

Sampel terpilih R7 = nomor urut 9.

Maka pohon-pohon yang terpilih sebanyak 6 batang untuk ditahan di pekarangan rumah tersebut adalah dengan nomor urut: 3, 16, 36, 23, 29, dan 9.

Bila dilihat tingkat ke-representatif-an masing-masing sampel terpilih tersebut, dapat dibuat dalam suatu tabel, sebagai berikut ini:

Dari contoh 3 di atas, terlihat bahwa dari 2 kali putaran pemilihan sampel telah didapat beberapa sampel terpilih, yaitu:

Sampel terpilih nomor urut 36 terpilih 3 kali, yang menjadi sampel yang sangat representatif karena sampel tersebut terpilih yang paling banyak (3 kali terpilih). 

Sampel terpilih nomor urut 16, dan 29 terpilih dia kali, sedangkan 

Sampel terpilih nomor urut 3, 23, dan 9 adalah masing-masing terpilih hanya satu kali. 


Contoh 4: (lihat di lampiran. 


BAB V

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PENARIKAN SAMPEL METODE KONVENSIONAL DENGAN METODE SEGMEN TERINTEGRASI


Penarikan sampel metode konvensional dengan metode segmen terintegrasi masing-masing antara keduanya memiliki persamaan dan perbedaan. Adapun perbedaan kedua metode tersebut dapat diuraikan dalam table berikut ini:


Sedangkan persamaan metode konvensional dengan metode segmen terintegrasi yang dipakai untuk penarikan sampel adalah sebagai berikut:

a. Masing masing metode memiliki penghitungan nilai Interval (Int) yang sama  yaitu sebesar jumlah populasi dibagi dengan jumlah sampel tetap atau Int = P / S. 

b. pada metode konvensional (Table TAR), andaikan angka sampel pertama R1 yang terpilih adalah sama dengan nilai R1 yang pada metode segmen terpadu, maka seluruh sampel lainnya yang terpilih akan mempunyai nomor urut usaha/rumah tangga yang sama, baik pada metode konvensional maupun pada metode segmen terintegrasi semua untuk satu, namun meskipun demikian, urutan nomor urut sampel terpilih akan berbeda pada masing masing kedua metode tersebut.

Contoh metode konvensional yang R1 nya sama dengan R1  metode segmen terpadu diberikan pada contoh 5 berikut ini:

Contoh 5: (lihat di lampiran). 

Pada contoh 5 yang diberikan terlihat bahwa semua sampel yang terpilih dengan metode konvensional memiliki nomor urut usaha/rumahtangga terpilih yang sama dengan contoh 3 yang memakai metode segmen terintegrasi yaitu 36, 3, 9, 16, 23, dan 29. Tetapi kedua metode tersebut memiliki urutan nomor urut sampel terpilih yang berbeda, bila menurut metode konvensional urutan sampel terpilih adalah nomor urut  36, 3, 9, 16, 23, dan 29, sedangkan bila menurut metode segmen terintegrasi urutan sampel terpilih adalah nomor urut 36, 3, 16, 23, 29 dan 9.


BAB VI

KESIMPULAN


Dalam pekerjaan penarikan sampel yang didapat dari suatu populasi usaha/rumah tangga yang dilakukan terhadap hasil pendaftaran bangunan/rumah tangga yang memungkinkan terpilihnya unit-unit sampel yang representative bahkan sangat representative adalah dengan memakai metode segmen terintegrasi, karena pemilihan sampel yang dilakukan untuk nilai sampel pertama R1 tidak secara acak (tidak sembarangan) tetapi memakai prosedur statistic yang sistimatis akibat dari sudah rapi tersusunnya keseluruhan nomor urut usaha/rumah tangga di masing-masing segmennya yang sudah terpadu/terintegrasi pula, demikian juga untuk pemilihan sampel sampel berikutnya.

Pemilihan sampel (sampel tetap) yang dilakukan dengan metode segmen terpadu ini dilakukan melalui pemilihan sampel sementara terlebih dahulu, dalam keseluruhan sampel sementara itu semuanya adalah sampel tetap, dengan kata lain dari sampel sementara yang di dapat ada beberapa sampel yang terpilih beberapa kali dalam beberapa putaran pemilihan sampel yang dilakukandilakukan untuk mendapatkan Sampel terpilih yang tetap. Sampel yang terpilih beberapa kali ini (keseringan muncul terpilih) menunjukkan tingkat kerepresentatifan sampel usaha/rumah tangga dalam populasinya. Suatu usaha/rumahtangga yang terpilih tiga kali dalam seluruh putaran pemilihan sampel yang dilakukan memiliki tingkat kerepresentatifan yang lebih tinggi bila dibanding dengan usaha/rumah tangga yang terpilih hanya dua kali atau satu kali saja, bahkan sangat representative bila dibanding dengan usaha/rumah tangga yang tidak terpilih sama sekali.

Penarikan sampel dengan memakai metode segmen terintegrasi ini, pemilihan usaha/rumah tangga terpilih dilakukan dalam beberapa kali putaran pemilihan sampel, tidak seperti pada model konvensional yang hanya memiliki satu kali perputaran pemilihan sampel saja.

Keseluruhan nomor urut usaha/rumah tangga terpilih dari dalam daftar listing metode konvensional akan sama dengan nomor urut usaha/rumah tangga terpilih pada metode segmen terintegrasi bila hanya nilai sampel pertama R1 pada metode konvensional bernilai sama dengan salah satu nilai R pada metode segmen terpadu tersebut , tetapi urutan nomor urut sampel terpilih dalam daftar sampel usaha/rumah tangga terpilih (DSRT) adalah tidak sama pada kedua metode tersebut.

Bila ada penggantian sampel oleh karena suatu alasan dari� usaha/rumah tangga tidak respon maka penggantian sampel dilakukan dengan ketentuan bila rumah tangga terpilih utama yang akan diganti bernomor urut ganjil maka rumah tangga terpilih penggantinya adalah satu, dua atau tiga nomor ganjil di bawah nomor urut rumah tangga terpilih utama tersebut (penggantian secara deret), dan bila nomor urut rumah tangga terpilih utama yang akan diganti tersebut bernomor genap, maka rumah tangga terpilih penggantinya adalah tiga nomor genap berikutnya yang dibawah nomor urut rumah tangga terpilih utama tersebut (penggantian secara deret) yang tertera di daftar listing.


Lampiran-lampiran:


Contoh 1:


Contoh 2:


Contoh 3:


Contoh 4:


Contoh 5:


Tabel Angka Random:

Halaman 1.


Halaman 2.


Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN MISSIONTRIP (PERJALANAN MISI)

LAPORAN MISSION TRIPGEREJA BICC PEKANBARU, KOM-300 KELOMPOK-4

MASA (WAKTU) BAGI BANGSA SRAEL YANG DIBERIKAN OLEH TUHAN