Pola Hidup dan Pola Pikir yang Arif dan Bijaksana

P ola Hidup dan P ola Pikir yang Arif dan Bijaksana Melalui Displin Rohani


Setiap orang Kristen, apa pun jenis kepribadian mereka, harus membangun suatu kepribadian yang disebut 'orang bijak'. Menilai s emua kejadian yang terjadi atas dirinya dengan menggunakan standar I lahi, yaitu kebenaran firman Allah . Hal ini tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan diperlukan suatu disiplin, dan kebiasaan-kebiasaan baik yang harus dibangun. 

Amsal 12:23 (TB) Orang yang bijaksana menyembunyikan pengetahuannya, tetapi hati orang bebal menyeru-nyerukan kebenaran. 

Mendisplinkan diri lebih mendalam secara rohani untuk  memiliki pola hidup dan  pola pikir yang arif dan bijaksana sehingga diri berkenan kepada Tuhan dan d isukai semua orang.

Yakobus 1:19 (TB) Hai saudara-saudara yang kukasihi, transmisi hal ini: setiap orang hendaknya cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;

BERBAGAI ASPEK DISIPLIN ROHANI

1. Esensi dari Disiplin Rohani

Disiplin rohani bukan untuk keselamatan, tetapi untuk pengudusan. Saya bukan untuk memperoleh posisi kita di hadapan Tuhan, tetapi Anda tidak ingin memperkenanan Tuhan atas kita.

2. Batas-Batas Disiplin Rohani

Batas-batas dari disiplin itu bukan untuk menghasilkan orang Kristen yang tabah, legalistik, dan ber “wajah pepaya” yang keluar untuk m embasmi keceriaan dari muka bumi ini. Tetapi seseorang yang berlatih dan disiplin rohani akan dilengkapi dengan karakter dari sebuah kehidupan yang dimerdekakan serta diisi dengan kehadiran Tuhan yang m engalir dari kedalaman hati.

3. Latihan Disiplin Rohani

Ibadah yang dimaksud di sini adalah ' kesalehan ' yang berarti hidup yang saleh. Latihan yang kita jalani adalah disiplin rohani. Semakin banyak kita melatih disiplin-disiplin ini, maka kita semakin berubah ke arah ke ilahian.

1 Timotius 4:7-8 (TB)Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah Anda beribadah. 

Latihan badani terbatas fungsinya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.

DISIPLIN DALAM KEHENINGAN DAN KESENDIRIAN

1. Perpaduan dari Keheningan dan Kesendirian

Tanpa kesendirian tidak akan terjadi keheningan, begitu pula dengan kebalikannya, tanpa kenyamanan tidak bisa menyendiri di tempat hening. 

Setiap kita hendaklah pelaku menjadi Firman, sebab jika kita hanya mendengar firman saja namun tidak melakukannya, berarti kita menipu diri sendiri.

Orang yang tidak dapat mengendalikan lidahnya tidak dapat menguasai disiplin diam dan kesendirian.

Yakobus 1:19, 26 (TB) Hai saudara-saudara yang kukasihi, transmisi hal ini: setiap orang hendaknya cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;

Jikalau ada seseorang yang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.

2. Tujuan dari Keheningan dan Kesendirian

Esensi utama dari disiplin pelatihan ini adalah mengubah "sebatang k ara" menjadi "kesendirian". Kesendirian tidak sama dengan kesetaraan.

3. Hasil dari Keheningan dan Kesendirian

Hasil akhir dari menanamkan berdiam diri dan kesendirian adalah k emerdekaan yang sejati . Kita menemukan kebebasan untuk berada di endirian, namun tidak merasa kesepian.

A. Membuat Kita Lebih Bebas untuk Mendengarkan Tuhan dan M enikmati HadiratNya

Kita belajar untuk mendengarkan dengan penuh perhatian kepada p erkataan Tuhan di dalam keheningan-Nya yang indah, penuh kasih dan mencakup segalanya.

B. Membebaskan Kita dari Keterikatan kepada Orang Lain

Kita tidak mampu berpegang pada apa yang Tuhan katakan, lebih dari apa yang diharapkan dari manusia. K eheningan dan kesendirian memerdekakan kita dari kebutuhan a kan persetujuan dan tepuk tangan (tepuk tangan) atau apresiasi orang lain.

C. Membuat Kita Lebih Bebas untuk Memikirkan Masalah-Masalah secara Lebih Mendalam

Mempraktikkan kesunyian dan kesendirian memampukan kita untuk mengembangkan kehidupan yang penuh dengan pemikiran.

D. Membebaskan Kita dari Aktivitas yang Simpang Siur

kesibukan-kesibukan kita, dan temukan sebuah tempat yang hening dan tersendiri di hadapan hadirat Tuhan untuk melakukan satu refleksi dan kontemplasi. Itu u membawa kita dari hal-hal yang lahiriah dan dangkal kepada k enyataan dan kedalaman dari kehidupan rohani kita.

e. Membebaskan Kita dari Mengeluarkan Kata-Kata yang Tidak M embawa Berkat

Mazmur 34:11-13 (TB) (34-12) Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan kuajarkan kamu! 

(34-13) Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik? 

(34-14) Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu; 

Amsal 13:3 (TB) Siapa yang menjaga mulut, siapa memelihara nyawanya, yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan. 

Disiplin dalam ketenangan dan kesendirian membuat kita lebih p eka terhadap hadirat Tuhan. Kita berjalan dalam rasa takut akan T uhan. K etika lidah kita berada di bawah "kekang disiplin" dalam hal ketenangan dan k esendirian , maka kita tidak akan tergesa-gesa dalam mengeluarkan p erkataan-perkataan seperti:

• Respon yang tergesa-gesa

Yefta yang bernazar kepada Tuhan, ia berbuat sesuai dengan nazar yang dia ucapkan itu "Apa yang keluar dari rumahnya akan menjadi milik Tuhan, karena Yefta dalam penyertaan Tuhan berperang mengalahkan Bani Amon ". Hal ini telah menjadi adat tradisi bangsa Israel bahwa dari tahun ke tahun anak-anak perempuan orang Israel selama empat hari setahun meratapi anak perempuan Yefta, orang Gilead itu (Hakim-hakim 11:29-40).

• Kata-kata yang gegabah

Amsal 12:18 (TB) Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan. 

• Menyebarkan kabar angin/gosip

Amsal 26:20 (TB) Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran. 

4. Mempraktikkan Keheningan dan Kesunyian

a. Ciptakan ‘Tempat yang Aman’

Menciptakan sebuah “tempat aman dan nyaman” guna untuk perhentian batiniah kita dan menggunakan momen-momen itu untuk memusatkan diri pada hadirat Tuhan.

b. Lakukan secara Rutin

Dengan menetapkan waktu dan tempat khusus untuk kegiatan tersebut (bersaat teduh di hadirat Tuhan) akan membantu mengembangkan disiplin keheningan dan kesunyian ini.

c. Catat Hasil Perenungan

Merekam percakapan kita dengan Tuhan dengan cara membuat jurnal. Kita mencatat bisikan "firman kasih-Nya" kepada kita. 

1. DISIPLIN KESEDERHANAAN

Segala yang sederhana itu adalah seperti sederhananya resep/menu makanan. Berbuat jujur dan berpikiran tidak terlalu tinggi itu adalah suatu sikap kesederhanaan .

Pengkhotbah 7:29 (TB) Lihatlah, hanya ini yang kudapati: bahwa Allah telah menjadikan manusia yang jujur, tetapi mereka mencari banyak dalih.

Roma 12:3 (TB) Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.

Dalam hidup, kita tidak perlu kuatir dan takut akan  suatu hal apa pun, tetapi kita menyerahkan kekuatiran itu kepada Tuhan. Sebaiknya, kita mencari terlebih dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, agar semuanya itu sitambahkanNya kepada kita 

1. Roh Kesederhanaan

Disiplin kesederhanaan adalah realitas batiniah yang dimanifestasikan di dalam gaya hidup. Displin dan kesederhanaan, keduanya sama pentingnya, yang satu tidak bisa terjadi tanpa yang lain.

2. Area-Area Kesederhanaan

a. Sederhana dalam Iman

Ini adalah titik di mana orang Kristen modern yang berpikir terlalu rumit dan kadang-kadang kacau, untuk ia kembali kepada iman seperti anak-anak.

b. Sederhana dalam Berbicara

Kita sederhana dalam berbicara ketika “kita mengatakan apa yang kita maksud dan memaknai apa yang kita katakan.”

Pengkhotbah 5:1-6 (TB) (4-17) Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat. 

(5-1) Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit.

(5-2) Karena sebagaimana mimpi disebabkan oleh banyak kesibukan, demikian pula percakapan bodoh disebabkan oleh banyak perkataan.

(5-3) Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu.

(5-4) Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya.  

(5-5) Janganlah mulutmu membawa engkau ke dalam dosa, dan janganlah berkata di hadapan utusan Allah bahwa engkau khilaf. Apakah perlu Allah menjadi murka atas ucapan-ucapanmu dan merusakkan pekerjaan tanganmu?

c. Sederhana dalam Gaya Hidup

Punya gaya hidup sederhana berarti kita tidak mengabdikan diri kepada mamon.

Matius 6:24 (TB) Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Sebelum dapat menyederhanakan gaya hidup, pertama-tama kita harus menyatakan ‘perang’ terhadap materialisme/hudonisme (ketamakan akan hal-hal kebendaan).

• Hidup di atas Standar

• Hidup setara Standar

• Hidup di dalam Standar

• Hidup di bawah Standar

3. Kunci untuk Menyederhanakan Gaya Hidup

a. Membeli barang karena Kegunaannya

Membelanjakan uang karena fungsi; bukan karena gengsi.

b. Mengembangkan Kebiasaan Memberi

Belajar untuk tidak menimbun barang-barang, tetapi untuk memberi.

c. Waspada terhadap Iklan Modern

Iklan-iklan masa kini bukan lagi memberi informasi, tetapi menciptakan "kebutuhan membeli".

d. Berhenti Menuruti Kata Hati dalam Membeli

Ini terutama bagi kaum wanita yang kadang-kadang lebih emosional dalam berbelanja.

e. Mengendalikan Nafsu Makan

Punya nafsu makan yang besar berarti “Kita menggali kuburan kita dengan sendok dan garpu kita sendiri.”

Salah satu tujuan puasa adalah untuk mengendalikan nafsu makan.

Yesaya 58:6-7 (TB) ......! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, 

supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! 

f. Menikmati Banyak Hal Tanpa Harus Memilikinya

Ada fasilitas yang dapat kita nikmati tanpa harus memilikinya. Dengan cara ini, kita dapat bergembira dengan orang lain ketika mereka diberkati, tanpa merasa bahwa Tuhan harus memberi kita berkat yang sama.

g. Menikmati Alam dan Melihat Tuhan di dalamnya

Tidak semua hal yang menyenangkan harus berupa barang elektronik, barang mewah, atau barang antik. Banyak keindahan alam semesta ini yang sama menyenangkannya.

h. Mengembangkan Rencana Keuangan yang Alkitabiah

Ada dua jalan untuk mendapatkan kecukupan, yaitu Yang satu adalah dengan mengumpulkan semakin banyak. Kemudian yang lain adalah dengan menginginkan sedikit dan semakin sedikit lagi

DISIPLIN PENUNDUKAN DIRI

Dengan ada rasa duka-cita membuat kita mampu menundukkan diri.

Matius 5:4 (TB) Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.

Mempertahankan ‘kebenaran’ sendiri adalah salah satu ‘penyakit’ yang paling lazim dikalangan para pria.

1. Sikap Penundukan Diri

Hati kita akan mengalami kebebasan bila kita mampu menyerahkan hak kita demi hak-hak orang lain.

2. Area-Area Penundukan Diri

a. Pencipta

Kita belajar merendahkan diri; tubuh, jiwa dan roh kepada Tuhan. Merendahkan diri seperti Kristus.

Filipi 2:9-11 (TB) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 

supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 

dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! 

b. Keluarga

Sebagaimana Gereja mempunyai Penatua, Diaken dan Jemaat; demikian pula dalam keluarga mempunyai Bapa (penatua), Bunda/Ibu (diaken) dan Anak-anak (jemaat). Suami mengasihi istri, dan istri tunduk dan menghormati suami, orang tua mencintai dan mengasihi anak anak, dan anak anak menghormati orang tuanya 

1 Korintus 11:3 (TB) Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.

c. Masyarakat

1 Petrus 2:13-14 (TB) Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi,

maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik.

Efesus 6:8 (TB) Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.

• Sebagai Pekerja

Melayani dengan sepenuh hati dan dengan ketaatan yang tulus.

Efesus 6:5-6 (TB) Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, 

jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah,

• Sebagai Majikan/Pemberi Kerja

Memperhatikan kepentingan para pekerjanya.

Efesus 6:9 (TB) Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap mereka dan jauhkanlah ancaman. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka. 

d. Gereja

• Ketaatan adalah tindakan kita terhadap otoritas.

• Penundukan diri adalah sikap kita terhadap otoritas.

Ibrani 13:17 (TB) Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu. 

e. Orang Miskin dan Lemah

Orang-orang yang kelaparan, mengalami ketidakadilan, tekanan, anak-anak yang dieksploitasi dan lain-lain. Hal ini mempengaruhi kita sebab Tuhan memperhatikan mereka.

Yakobus 1:27 (TB) Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

3. Ketiadaan Penundukan Diri

Tuhan memposisikan diri-Nya di dalam otoritas yang Dia tetapkan. Maka ketika kita memberontak terhadap otoritas yang di atas kita, itu berarti memberontak terhadap Tuhan.

Keluaran 16:8 (TB) Lagi kata Musa: "Jika memang TUHAN yang memberi kamu makan daging pada waktu petang dan makan roti sampai kenyang pada waktu pagi, karena TUHAN telah mendengar sungut-sungutmu yang kamu sungut-sungutkan kepada-Nya — apalah kami ini? Bukan kepada kami sungut-sungutmu itu, tetapi kepada TUHAN." 

4. Penyalahgunaan Penundukan Diri

a. Membangun Kekuasaan

Tema utamanya adalah Pengurapan, sehingga: “Jangan lah mengusik orang yang diurapi.”

b. Keasyikan akan Pencapaian

Tema utamanya adalah Pencapaian, sehingga siapa yang tidak berprestasi akan merasa berdosa.

c. Aturan yang Penuh dengan Larangan

Tema utamanya adalah Kendali, sehingga setiap orang harus "Ekstra hati-hati" agar tidak ‘di luar kendali.

d. Ketiadaan Pertanggung jawab

Tema utamanya adalah Otoritas, sehingga mempertanyakan pemimpin sama artinya dengan mempertanyakan Tuhan.

DISIPLIN KE-TATAPELAYANAN

Lukas 9:46 (TB) Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. 

1. Sikap

a. Kerendahan Hati

Dalam proses menjadi seorang pelayan, kita akan belajar kebaikan dari kerendahan hati. Dan itu akan membebaskan kita dari "obsesi modern" tentang kekuasaan, keunggulan dan ketenaran.

b. Berbakti

Pelayan berhati hamba tidak punya obsesi untuk membuktikan s esuatu dan ia juga merasa tidak punya apa-apa sehingga tidak takut k ehilangan.

C. Kesetiaan

Yang akhirnya diminta dari pelayan-pelayan yang demikian adalah b ahwa mereka ' ternyata dapat dipercayai '.

1 Korintus 4:1-2 (TB) Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah.

Yang akhirnya diminta dari pelayan-pelayan yang demikian adalah, bahwa mereka ternyata dapat dipercaya. 

Ibrani 3:5 (TB) Dan Musa memang setia dalam segenap rumah Allah sebagai pelayan untuk memberi kesaksian tentang apa yang akan diberitakan kemudian,

2. Perilaku

A. Menikmati dalam Melayani Hal-Hal yang Kecil

Terlalu banyak dari antara kita yang tidak cukup berbesar hati untuk d ipakai Tuhan dalam perkara yang cukup kecil.

B. Penyediaan Manusia di Atas Pekerjaan/Pelayanan

Pelayan yang sejati selalu peka dan menaruh kepentingan atau rang-orang di atas keinginan mereka sendiri.

C. Rela Berkorban dalam Pelayanan

Kita melakukannya meskipun hal itu tidak menyenangkan bagi diri kita sendiri.

D. Bersedia Dilayani

Mengijinkan orang lain untuk melayani kita adalah suatu tindakan yang mencerminkan kerendahan hati. Yesus datang untuk " melayani ", dan " bukan untuk dilayani ", kita seharusnya bermaksud demikian.

3. Kontradiksi

Di pihak lain pelayanan yang berpusat pada diri sendiri akan terlibat dalam ekses-ekses:

A. Ingin Dikagumi oleh Orang Lain

Hanya mau melayani jika dalam skala besar dan hasilnya mengesankan.

B. Mengandalkan Usaha Manusia dan Memuliakan Diri

Cenderung fokus pada kemampuan diri sendiri dan bukan pada kemampuan Tuhan.


###


Ambil langkah sekarang juga, agar hidupmu berubah, ambil keputusan yang tepat untuk menjadikan dirimu suatu pribadi  yang disebut  'orang bijak'. 

Orang-orang yang spiritual bukanlah mereka yang melakukan praktik spiritual tertentu; Mereka adalah orang-orang yang menggambarkan kehidupannya dari hubungan percakapan dengan Tuhan. (Dallas Wilard).


Demikian.... Semoga bermanfaat, dan Tuhan membantu.







Comments

Popular posts from this blog

Visualisasi Bait Suci (Bait Allah) Ke-3 Dan Mesianik Di Jerusalem

MEMBANGUN RUMAH BERSIFAT ROHANI DI LAHAN SEMPIT

Semangat Roh Kenabian Elia Mengkristalisasi Pada Dua Saksi Terakhir