PENCAPAIAN KITA BUKANLAH IDENTITAS KITA
PENCAPAIAN KITA BUKANLAH IDENTITAS KITA
Kita hidup dalam dunia yang penuh persaingan, berkompotensi yang menjadi sesuatu yang wajib. Orang, perusahaan, institusi, bahkan gereja harus inovatif, siapa yang tidak kompetitif akan tergilas oleh zaman. Ujung/akhir dari kompetisi ini adalah suatu pencapaian, siapa paling kreatif, paling inovatif dan paling unggul. Akibatnya pencapaian menjadi sebuah tujuan bahkan identitas yang perlu diraih dengan segala macam cara.
Cita cita itu datang karena hasrat dan keinginan hati untuk keadaan diri di masa depan. Sedangkan Tujuan datang dari Tuhan Sang Pencipta kita yang IA punya rencanaNya bagi kita.
Identitas adalah jati diri tentang diri kita yang datang dari siapa yang melahirkan kita.
Semua orang yang lahir baru memiliki identitas yang baru, identitas primer yakni sebagai anak anak Allah (Yoh 1:12)
Yohanes 1:12 (TB) Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
Anak anak Allah adalah orang orang yang diperanakkan dari Allah.
Yohanes 1:13 (TB) orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Apa yang telah kita capai, itu tidak boleh menjadi identitas kita, tapi tetap identitas kita adalah sebagai anak anak Allah.
Jebakan iblis.
Matius 4:3-4 (TB) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
Manusia Hidup bukan dari roti saja artinya hidup bukan hanya soal makan dan minum, apalagi jika kita mengejarnya dengan mengorbankan identitas kita sebagai anak Allah.
Hidup perlu dijalani dengan mendengar dan menjalankan/melakukan firman Tuhan.
Iblis mau menipu kita dengan menjadikan PENCAPAIAN (kekayaan, ketenaran, kepintaran, pengakuan orang, dsb) sebagai identitas kita. Padahal yang sebenarnya identitas kita adalah sebagai anak anak Allah.
Kekayaan, ketenaran, kepintaran, pengakuan orang, dsbnya harus dipakai untuk kemuliaan nama Tuhan.
Identitas palsu: dikejar karena pencapaian, itu kepercayaan yang salah. Sedangkan Identitas yang benar tidak pernah dikejar, tetapi diterima sebagai anugrah dari Bapa Allah karena jasa penebusan Kristus Yesus.
Kita harus mengalami terobosan, kita harus lebih suka disebut sebagai anak anak Tuhan yang lebih mencintai Tuhan. Identitas yang benar akan memberikan damai sejahtera, ketentraman dan suka cita.
Manifestasi dari Identitas yang benar:
Daniel 1:7-8 (TB) Pemimpin pegawai istana itu memberi nama lain kepada mereka: Daniel dinamainya Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh, Misael dinamainya Mesakh dan Azarya dinamainya Abednego.
Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.
Daniel diganti namanya , tetapi ia tetap berkomitmen memiliki identitas yang tetap sebagai anak Tuhan, dan karena ia menjaga identitasnya sebagai anak Tuhan, maka Tuhan memberikan pengetahuan dan hikmat kepadanya.
Daniel 1:17 (TB) Kepada keempat orang muda itu Allah memberikan pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat, sedang Daniel juga mempunyai pengertian tentang berbagai-bagai penglihatan dan mimpi.
Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu karena ia mempunyai roh yang luar biasa.
Comments
Post a Comment