PARADIGMA MELIHAT KEHIDUPAN
PARADIGMA MELIHAT KEHIDUPAN
(Oleh: SR. Pakpahan, SST)
Roma 12:1-2 (TB) (
1) Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
(2) Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Paradigma adalah cara pandang kita memandang sesuatu/kehidupan yang mempengaruhi kita terhadap cara berpikir, bersikap, dan bettingkah laku, cara pandang kita dalam menentukan berhasil atau tidak berhasil dalam menjalani hidup.
Saudara memiliki keunikan tersendiri dengan saya atau dengan orang lain, tetapi dalam suatu hal yang sama, penglihatan yang sama, tetapi cara pandang yang berbeda tentang hal tersebut, akan bisa Tuhan membuat Saudara mencapai sukses dan berhasil dalam hidup, mendapat kemenangan setelah melewati semua persoalan yang melanda hidup Saudara.
Contohnya Saudara bekerja dan menjalani profesi Saudara dan bila dibandingkan dengan orang lain yang berprofesi sama dengan Saudara, maka ada unsur-unsur yang mempengaruhi cara pandang Saudara berbeda dengan cara pandang orang lain mengenai peluang bagus untuk sukses menekuni profesi Saudara tersebut, yaitu:
1. Sistem kepercayaan (Believe System)
Sistem kepercayaan seseorang ini dipengaruhi oleh kenangan/pengalaman hidupnya bersama Tuhan.
Kedekatan/hubungan dengan Tuhan dalam hal Firman yang kita dengar dan menerima nya dalam hati, itu yang menentukan kesuksesan kita dalam hidup. Pengalaman hidup berjalan bersama Tuhan ketika apakah Firman itu sebagai pengetahuan saja bagi Saudara, ataukah Firman itu untuk dihidupi Saudara yang telah dihidupiNya itu yang menentukan Saudara berbeda dengan saya atau dengan orang lain.
Contohnya pengalaman Daud si singa Yehuda mengalahkan goliat si raksasa Filistin Pengalaman Daud dalam mengalahkan singa, ia menangkap janggutnya, lalu menghajarnya dan membunuhnya, begitu pulalah juga ia mengalahkan goliat oleh karena Tuhan. Daud menyamakan atau menyebut goliat itu sebagai salah satu binatang buruannya oleh karena goliat telah menghina pasukan daripada Allah yang hidup.
1 Samuel 17 : 37
Pula kata Daud: "TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu." Kata Saul kepada Daud: "Pergilah! TUHAN menyertai engkau."
Bukan karena kekuatan Daud sendiri ia dapat mengalahkan si goliat, tetapi karena kuat kuasa Tuhan yang menyertai Daud dalam peperangan. Bukan karena Saudara dan saya yang dapat memahami dan menguasai fakta yang ada, tetapi karena siapa yang menyertai kita yaitu penyertaan Tuhan, maka Saudara dan saya akan berhasil dalam hidup.
Bila kita sudah memiliki system kepercayaan yang handal dan hebat, maka perilaku (attitude), spirituil, emosi, dan pikiran kita akan mengikuti system kepercayaan yang kita jalankan tersebut. Sehingga inputan atau masukan bagi system kepercayaan yang kita punya, inputannya adalah akal budi yang berupa pikiran, sikap, dan tingkah laku kita yang hidup bersama pribadi Tuhan dan juga bersama FirmanNya.
Mazmur 1:1-3 (TB)
(1) Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,
(2) tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
(3) Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Jalan hidup orang benar sangat kontras jauh berbeda dengan jalan hidupnya orang fasik. Kita sebagai orang benar, yang dikuduskan dan dimuliakan Tuhan hidup untuk memuliakan nama Tuhan dan memasyurkan segala perbuatan dan pekerjaan Tuhan yang besar yang dipercayakan kepada kita untuk kita sampaikan dan bagikan kepada semua orang, itulah sebagai mujizat yang Tuhan berikan kepada kita dalam hidup kita yang menghasilkan buah buah Roh. Bagaimana mungkin seseorang mengalami mujizat bila dalam hidupnya tidak menghasilkan buah buah Roh dalam setiap tahapan pertumbuhan iman dan pengembangan talentanya atau karunia yang ada padanya oleh Roh Kudus Allah.
Untuk itu agar dalam hidup kita berlangsung mujizat, dan terlebih dari itu yang kita butuhkan adalah pribadi Tuhan itu sendiri, dalam hidup kita agar mengalami hadirat Tuhan, maka kita harus menjadikan Firman Tuhan sebagai inputan atau masukan bagi hidup kita sehingga kita mampu dan memiliki keyakinan yang tinggi akan keberhasilan dan kesuksesan dalam hidup. Kita jadikan Firman Tuhan itu sebagai makanan (asupan gizi) rohani hidup Saudara dan saya. Setiap hari dan setiap saat kita renungkan Firman Tuhan, maka Saudara dan saya dipastikan akan keluar sebagai pemenang dalam setiap perlombaan yang diwajibkan kita ikuti.
Pengkhotbah 9 : 11
Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua.
Kita bukanlah pecundang, tetapi orang orang pemenang yang memenangkan banyak jiwa bagi Kristus Yesus Tuhan. Kita tidak ahli dalam mengatur waktu, dalam membuat strategi, dalam menyediakan perlengkapan hidup, dan kita tidak tahu pasti apa yang akan terjadi kelak, tetapi bila kita mengandalkan Tuhan dan kebenaran FirmanNya maka Saudara dan saya akan memperoleh kemenangan dan berhasil dalam hidup.
2. Nilai yang kita hidupi (Values of Life)
Nilai apa yang ada pada diri Saudara dan bagaimana Saudara menghidupi nilai tersebut itulah yang menentukan siapa pribadi Saudara, apakah Saudara itu bayangan diri sendiri, ataukah Saudara itu cerminan diri sendiri, ataukah Saudara itu pribadi jelmaan dari pribadi lain, ataukah Saudara itu memang nyata pribadi Saudara sendiri.
Nilai yang kita hidupi dalam diri kita itulah yang menentukan siapa saja yang datang dan siapa saja yang pergi / akan pergi meninggalkan kehidupan kita.
Yohanes 4:7-9 (TB)
(7) Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum."
(8) Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan.
(9) Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)
Yesus dutang dan didatangi seorang perempuan Samaria untuk memberi ajaran bahwa nilai yang dianut orang Yahudi berbeda dengan apa yang diajarkan Yesus untuk memenangkan jiwa seorang perempuan Samaria untuk ia memperoleh karunia Allah.
Pandangan kebanyakan orang mengenai perbedaan kasta dan hubungan sosial antara orang Yahudi yang tidak bergaul dengan orang Samaria inilah yang ditentang Yesus dan IA membuat suatu perubahan paradigma baru mengenai kasta dan bersosialisasi dengan menjangkau orang orang rendah, dan hal ini dipercayai dan diterima perempuan itu dan ia menghidupi nilai baru yang dari Yesus tersebut sehingga ia memperoleh karunia mendapatkan air hidup yang memancat terus menerus di dalam dirinya sampai kepada hidup yang kekal.
Apa yang dipercayai manusia akan membentuk suatu nilai yang berdampak pada paradigmanya dalam memandang kehidupan ini. Nilai diri yang Saudara punya, bangun dan mengembangkannya akan menjadi 'kompas' atau menghidupkan hati nurani yang dapat menavigasi/memandu dan mengarahkan Saudara bagaimana mengambil keputusan dalam hidup Saudara.
Bila kita semakin menambah nilai kebenaran dalam hidup kita, maka kita akan bisa menjadi seorang pribadi yang lebih dari apa yang kita pikirkan.
Bila tiba waktu Tuhan bertindak, ketika kita membangun sistem kepercayaan dan menghidupi nilai kebenaran hidup kita, maka tidak mustahil akan tiba tiba Tuhan akan mengangkat kita ke level kehidupan yang lebih tinggi, step by step secara bertahap Tuhan akan mempromosikan kita untuk posisi yang lebih baik dari keadaan diri kita sebelumnya, perkara-perkara ajaib dan supranatural, pekerjaan besar yang dari Tuhan akan dipercayakan dan diberikan oleh Tuhan kepada kita.
Cara Meningkatkan/Mengembangkan Nilai Diri
1. Introspeksi diri (Selfi-Introspection)
Matius 7:1-5 (TB) "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
Matius 6:25-34 (TB) "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, Namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Introspeksi diri dalam hal:
- Jangan kuatir
- Burung terpelihara
- Bunga bakung tedandani
- Cari dahulu Kerajaan Allah
- Tentang hari esok
Filipi 4:6
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
Introspeksi diri dapat meningkatkan nilai diri, menilai diri sendiri, bercermin secara rohani dengan cara kita:
- Membaca Firman Tuhan (Alkitab)
- Ikut Persekutuan
Kisah Para Rasul 2:42 (TB) Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
2. Bertekun (Be Persistent)
Matius 7:7-11 (TB) "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."
Terus bertekun dalam hal:
- Meminta (keep on asking)
- Mencari (keep on seeking)
- Mengetok (keep on knocking)
3. Memiliki kepekaan (Have Discerment)
Matius 7:15-23 (TB) "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
Dengan memiliki kepekaan, kita bisa membeda-bedakan atau mengenal orang-orang seperti:
- Serigala berbulu domba
- Kenali buahnya
- Pembuat mujizat palsu
1 Korintus 6:19 (TB) Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, — dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
4. Solid Foundation (Pondasi hidup yang kokoh)
Matius 7:24-27 (TB) "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."
Memiliki pondasi hidup yang kokoh dalam hal:
- Mendengar dan melakukan (hear and do)
- Membangun di atas batu
- Turun hujan
- Datang banjir
- Angin melanda
Selamat... Tetaplah membangun sistem kepercayaan dan menghidupi nilai hidup yang benar sesuai Firman Tuhan.
Comments
Post a Comment